Saturday, May 14, 2005

" Belaian Cinta di Purnama "

Tinggal di pelosok desa yang masih sangat sunyi
dan belum dialiri listrik membuat kumpul keluarga
di rumahku menjadi acara pokok setiap malam.
Dongeng dari papa dan mama menjadi rutinitas
yang tak sengaja ditunggu. Papa lebih cenderung
cerita yang seram-seram, tentang mayat yang
bangkit dari kuburan, tentang bayi yang dibuang ke
sumur tua dan cerita-cerita lainnya yang mampu
membuat kami menjerit sekuatnya. Kata papa sih,
biar kami jadi anak-anak yang berani. Benar juga,
efeknya terasa sekarang. Kami seakan kebal
dengan segala cerita horror.

Mama? Tentu saja dengan fitrahnya sebagai
seorang muslimah dengan segala sisi kelembutan
memilih jalur lain. Mama lebih banyak bercerita
tentang Malin Kundang yang durhaka, tentang nasi
yang menangis bila ditinggalkan, tentang
kewajiban mama saat seusiaku dan pelajaran lain
yang kadang sangat menyebalkan untuk didengar.
Namun, ada satu dongeng yang tetap kukenang
sampai sekarang. Dongeng tentang Cinta di Bulan
Purnama.

Aku dan adik-adik sangat senang dengan
kehadiran purnama, karena kami bisa main
sepuasnya di luar rumah. Sampai suatu saat
adikku yang waktu itu masih berumur lima tahun
menunjuk bulan dan bertanya Kak, itu gambar apa
yang ada di bulan?. Belum sempat kujawab,
mama dengan kasihnya menerangkan, Itu gambar
seorang ibu yang sedang menyusui anaknya. Aku
menajamkan pandangan dan gambar itu semakin
jelas. Ya! Mirip gambar seorang ibu yang sedang
menggendong dan membelai anaknya. Aku juga
belum mengerti ketika itu karena umurku baru
menginjak delapan tahun.

Aku ikut bertanya Kenapa menyusui harus ke
bulan? Mama akhirnya bercerita......
Itu hanya gambar, karena Tuhan punya cara
sendiri untuk menyayangi Ibu, maka Tuhan
melukis gambar itu agar anak-anak selalu ingat
bahwa ibu selalu sayang sama anaknya. Mama
berharap setiap kali kalian memandang purnama,
kalian juga ingat sama mama.

Yah, itu hanya dongeng sederhana dari seorang
ibu, tapi pengaruhnya sangat besar! Di kala aku
jauh dari mama. Aku sangat merindukan kehadiran
purnama. Sambil menatap bulan, waktu
berpendar.. Membawaku jauh ke pelataran cinta
mama. Tidak hanya mama, aku ingat satu per satu
wajah adik-adikku dan kebahagiaan ketika kami
masih bersama-sama.

Pernah di satu waktu, kami berkumpul kembali,
adikku bertanya Kak, masih ingat gak cerita
mama tentang cinta di bulan purnama?
Subhanallaah, ternyata adikku pun masih
mengingatnya. Pertemuan itu menghadirkan
nostalgia yang indah. Dimanapun ada purnama, di
situlah hati kami dipersatukan dalam rasa rindu
yang sangat kuat, di situ juga berbait rasa syukur
dan berantai doa yang tak terputus kupanjatkan
agar mama dan papa dimuliakan Allah..

Sahabat-sahabat, kenanglah dongeng-dongeng
yang pernah dilantunkan orang tua kita. Dulu,
mungkin kita belum mengerti.. tapi sekarang,
alangkah indahnya ketika hikmah itu terbentang di
depan mata.

Terimakasih ya Allah Hanya Engkau Yang Maha
Tahu cara membahagiakan hati-hati hamba-Mu.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home